Wednesday, March 27, 2019

Sang Pengganti (Lembang 2)

 

"Ayok! Langsung aja."
"Lah,? Tiketnya gimana Tun?"
"Udah, aku yang urus. Aku sering main ke sini, sampai petugas tiketnya hafal. Jadi, gitu deh.!"
"Bisa ya kayak gitu?"
"Ayok buruan, Al.!"

Atun adalah seorang periang. Sepertinya, hidupnya menarik. Tawa dan senyum di wajahnya saat berbicara membuatku semakin ingin mengenalnya lebih jauh. Dan benar, ini tempat yang bisa meruntuhkan semua stres. Sejuk, dingin, ah tidak. Hangat mungkin lebih tepat. Atau, apalah rasanya. Damai. Yah meskipun banyak pengunjung, tempat ini terlalu luas untuk menampung semuanya. Masih banyak kami jumpai sudut-sudut taman yang kosong. Rainbow Garden. Lembang, awal cerita dimulai.
***

"Sini Al. Foto bareng aku."
"Ok."
"Cekrek..."
"Satu kali saja?"
"Iyalah, buat kenang-kenangan aja. Kan kita kesini mau piknik."
"Okelah, kamu benar."

Satu kali saja. Rasanya aku sudah lama mengenal dia. Bertahun-tahun. Hingga yang ada di pikirannya, seolah aku mengerti. Padahal, baru jumpa dua kali. Mungkin, sebab dia periang. Jadikan kami seolah kawan lama.
***

Menyusuri jalan setapak tempat wisata di Lembang, Bandung dengannya. Udara sekitar jadi bergerak perlahan. Mengalun bagai desiran senar gitar. Mengiringi setiap detik waktu dua insan bercengkrama. Sesekali, tertubruk anak-anak yang tengah berlarian. Tak ingin rasanya waktu berlalu.

"Aku lihat, di sana ada perahu. Bisa itu disewa, Tun?"
"Tentu, ada apa?"
"Sepertinya, melihat suasana dari tengah danau, menarik."
"Boleh, lagipula aku juga belum pernah melakukannya."

Udara bergerak lirih kini tak sendiri. Ia mengiringi kami bersama gelombang-gelombang air danau tersapu dayung. Seketika, tengah danau tujuan kami telah menanti.

"Maaf, ini kacamata minus? Boleh kulepas?" Tanyaku tak sopan, sembari menarik kacamata di wajahnya.
"Ah, tidak kok."
"Benar kan, lebih hening, tenang, dan sejuk. Semoga saja tidak ada hal yang menyebabkan perahu kita terguling. Aku tidak bisa berenang."
"Sungguh? Itu menarik. Kukira, kau orang serba bisa."
"Kamu lihat di sana,? Di sudut itu ada 2 orang anak kecil. Sepertinya kakak beradik. Tenang sekali rasanya melihat sepasang saudara damai seperti itu." kata Ali sembari masih memegangi kacamata milik kawan barunya itu.
"Hahah, dan kau lihat itu? Kakek dan nenek itu duduk di depan secangkir kopi asli daerah sini. Mereka sedang membicarakan tujuh anaknya yang telah menjadi orang. Meskipun, tiada satu pun yang tinggal bersama mereka." seketika perhatian kami tertuju pada salah satu sudut tempat itu. Di sebuah gazebo, di mana sepasang Kakek dan nenek terduduk. Riang, nampak begitu cerah wajah keduanya.
"Kopi lokal? Kau bisa melihat tulisan di cangkir sejauh itu? Dan mendengar percakapan dari jarak sejauh ini?" Ali terheran-heran.
"Tentu."
"Hah? Bohong." Ali masih terheran.
"Ehm...." Sembari tersenyum, Atun, sosok perempuan yang kutemui di sudut lapangan taman Nasional tiga hari lalu, memaparkan segala yang ia tahu, tentang tempat ini. Mulai keluarga tukang penjaga tiket, ibu perawat kebun, mas-mas artisan (peracik kopi) yang di depan, bapak yang membuat tata ruang taman, hingga, Senda gurau Kakek nenek yang selalu menghabiskan satu hari sepekan nya untuk duduk di sudut taman ini. Luar biasa. Atun benar-benar seperti nyawa tempat ini. Segala seluk beluknya ia tau.

"Terimakasih cerita panjangnya Mbak Atun. Sekarang, giliran saya."
"Kamu punya cerita apa memang?"
"Aku tidak akan bercerita. Tapi, aku akan memulai cerita." Sembari membawa topik ringan, Ali mengeluarkan kotak dari ranselnya. Kotak itu transparan. Nampak ada benda kehitaman di dalamnya, dan bergerak-gerak. Ali berpikir bahwa tempat tersebut tepat untuk melepaskan isi kotak itu.

"Wow, kura-kura air tawar? Sejak kapan kau membawanya?"
"Kau telah menceritakan semua tentang tempat ini. Satu hal yang tidak kudengar, adalah di danau ini ada kura-kura. Jadi, biarkan aku melepaskannya, ya?"
"Dengan senang hati. Boleh aku lepas yang satu? Sepertinya ini pasangan." Lalu, mata perempuan itu bersinar. Membuka cakrawala baru, memberi semangat baru dalam dunia Ali. Terbiaskan sinar senja di matanya. "Sungguh, inikah yang disebut pesona senja. Datang tak lama, membuat tak mampu berkata-kata, lalu sirna berganti malam yang gelap." Gumam Ali di pikirannya.

Senja telah berlalu. Lampu-lampu taman mulai bersinar. Dari ujung ke ujung, berurutan menyala dengan delay sepersekian detik, seolah membentuk koreo pertunjukan. Langit telah gelap, dan perahu yang ditunggangi keduanya pun baru saja selesai didayung menepi. Anak-anak yang berlarian tak terlihat lagi. Juga sepasang Kakek nenek tidak lagi di gazebo yang sama. Atun, dan Ali beranjak. Sesaat setelah melepaskan sejoli hewan di danau yang damai itu.

Sunday, March 17, 2019

Politik, Memperbaiki Dengan Tangan Kotor, dan Memilih Dengan Sok Suci

 

Jumpa lagi dengan tahun politik. Dua ribu sembilan belas sebagai tahun ke sekian Indonesia berada pada periode politik. Memilih, dipilih, dan stres. Tiga hal identik dengan orang-orang yang terkait pada kata politik.

Memilih, bagi puluhan juta rakyat Indonesia. Diberi kebebasan menentukan pilihannya, untuk satu pemimpin selama satu periode ke depan. Bebas. Kalau kebanyakan orang memilih yag itu, ya yang itu yang jadi pemimpin. Perkara dalam perjalanan ada permasalahan, bisa demo, lalu lengserkan.

Dipilih, bagi mereka yang mencalonkan diri sebagai pemimpin masa depan. Harta, jiwa, dedikasi, pekerjaan sebelumnya, keluarga, dan segalanya dikorbankan dengan harapan dapat dipilih oleh mayoritas masyarakat lalu menjadi pemimpin satu periode ke depan.

Stres, bagi mereka yang gagal menjadi pemimpin dan bermental lemah untuk menerima kenyataan. Tapi wajar. Bagaimana tidak stres, wong semua sudah dikorbankan? Bisa saja, puluhan, atau ratusan kamar di rumah sakit jiwa berisi ex calon pemimpin. Orang yang waras, bisa saja berpikir, "Untung dia tidak jadi, bisa saja kita dipimpin orang stres." Ada juga yang prihatin.

Tapi, poinnya bukan di situ. Melainkan pada seberapa bersih tangan para calon pemimpin itu. Karena, negara yang mau dipimpin perlu ia perbaiki, dengan di-'sentuh'-nya. Kalau tangan kotor memperbaiki mahkota, silakan terjemahkan hasilnya.

Dari berbagai hal menyebalkan, orang-orang berkata tentang observasi. Untuk memperbaiki 'sesuatu' dengan tepat, Anda harus observasi terlebih dahulu. Dan orang dengan 'tangan kotor' itulah yang telah benar-benar mengobservasi. Mereka memberanikan dirinya masuk ke dalam sistem kotor, yang juga mengotori dirinya. 'Bukan orang yang sok suci dan berkomentar di luar sana, ini salah, seharusnya begini, dan begitu.'

Pada tahun politik ini pula, rakyat banyak yang berganti profesi. Dari yang pengusaha besar menjadi politisi, hingga pengangguran yang menjadi kritikus calon legislatif. Luar biasa efek tahun politik. Efektif mengurangi pengangguran di masyarakat.

Yang menyedihkan, kalau ada orang tak tahu apa-apa seperti saya, turut memberikan framing agar orang-orang memilih pilihan saya. Seolah saya paling tau atas pemimpin paling benar. Kemudian, lawan saya juga mengungkapkan minusnya pilihan saya. Ternyata, seimbang. Jelas, ini hanya akan memberikan kegolputan Nasional. Sebaiknya, hentikan itu. Ungkap saja fakta yang ada, Ndak usah memframing. Biarkan nurani yang memilih, lalu kawal hingga akhir.

Karena, Anda tidak akan pernah bisa memperbaiki 'sesuatu' tanpa menyentuhnya.

Monday, February 25, 2019

Selamat Buat Mbak Lia

 
Selamat buat mbak Lia, satu per satu mimpimu sudah terwujud. Dari punya suami pengusaha, sampai sekarang dengan hadirnya dedek kecil bernama Usman Zayn Ar Rasyd. Putra pertama dengan Mas Afdi. 😀 Dan sekarang, saatnya saya berhenti menonton kesuksesan orang lain serta mengomentarinya.


Monday, February 4, 2019

The Best Moment (2018)

 

2018 is a beautiful story. God give me a lot of experience at that time. I have Left my old life, and getting i'm new. But, in the deepest of my heart, i refuse all of my changes. So God take me return to my real life. At the beginning of that time, letting me to my highest of dreams. All of my plans looks can be reached. Career, brotherhoods, Love, and all of i want to do looks so close to my eyes.

And then, God show the real of my destiny. All of my dreams removed at same time, one by one. I lost of my biggest dream ever. I lost of my brotherhoods. I lost of anything. At the Last, my love was broken!

May, God wanna give me it's Best plan. Maybe not.

God, thanks for everything. You so amazing. You gave me everything by short time, and you take it again as easy as you gave it's.

Now, i just thinking if you want me to be yours only. I'll always being yours, God. No one can take me out from you, the most scholar!

Friday, December 21, 2018

Sang Pengganti (Pengantar 1)

 
Rasa itu hadir, menusuk qalbu dan membawaku terbang tinggi. Ke awan, terus melambung jauh di angkasa. Aku berpikir ini yang mereka sebut cinta. Kurasakan tepat tiga tahun yang lalu. Hanya berawal jabat tangan dan senyum manja. Tak ada yang tahu, hanya aku dan Tuhanku. Dan kini semakin menjadi, setelah ia pergi. Yang dua lusin bulan terus bercerita tentang hidupnya padaku. Sirna, entah dengan siapa. Lalu kamu, masih seperti dulu. Nampak begitu merona, bercahaya, dan selalu memalingkan wajahku dari indah dunia lainnya. Meski doaku telah berubah, engkau secara halus tetap di dalamnya.

Hati ini tak paham lagi. Ia gila, dan tak rasional. Apapun itu, membuatku semakin menjadi. Apa yang ku punya, seolah hanya untukmu seorang. Bahkan, nafas dan ubanku pun ingin ku titipkan padamu jika mampu menambah senyum di bibirmu, walau sedikit.

"Tun, ini sudah malam. Apa kau tak mau masuk?"
"Tidak Ti. Sebentar."
"Baik, nanti dikunci ya pintunya. Uti tidur duluan."
"Iya Ti, selamat malam."

Malam kala kudengar cerita itu, begitu gelap. Sunyi dan membisu. Purnama memang bersinar, tapi angin bergerak begitu lambat. Perlahan menyeringai dedaunan yang kehitaman pertanda tak terjamah cahaya. Desir hati ini pun merobek kesunyian. Bergetar, meledak bak ratusan petasan menyala di malam tahun baru. Aku rindu.

"Entah. Kali ini baru kurasa pertama."
"Apa ini? Rindu begitu mendalam. Kenapa bisa?"
"Dan, kenapa harus padanya? Yang nyaris pasti tak mungkin kumiliki lagi."

Gumamku pada tembok di sisi kanan kiri ku. Tak ada seorangpun di sana.

****

Waktu terus berlalu. Bergulir tak peduli aku yang sendiri. Rindu juga sama. Menyerang, merasuk dalam hati dan jiwaku. Membuat semua yang nyata seolah membisu.

"Saya perhatikan dari jauh, Anda melamun, Mbak?"
"Ini, kopi untuk menghangatkan Mbak."
"Terimakasih mas."
"Sedang menunggu seseorang, Mbak?"
"Hm.. tidak kok mas."
"Langitnya, cerah ya.? Saya suka sekali cuaca malam ini."
"Benar. Pas sekali. Oh iya, Mas namanya siapa?"
"Ali."
"Saya Atun, Mas." Sembari menjabat tangan memecah keheningan malam yang dingin dan membekukan hati.
"Boleh, saya duduk, Mbak?"
"Kenapa tidak?"
"Mbak Sendiri saja datang ke sini?" Sembari merebahkan tubuh di Alun-alun, lalu kumulai basa-basi ku.

Tak jelas memang bahasan kami. Tapi, cukup untuk menghabiskan malam dan tak terasa sudah larut.

"Saya pulang dulu mas. Kalau luang, bisa kita jumpa lagi." Pamitnya sembari meninggalkan kertas kecil bertulis akun sosial medianya.
"Oke Mbak, nggak perlu saya antar kan?!"
"Tidak Mas."

***

Minggu telah berganti. Kunjungan kerja di ibu kota pun usai. Selanjutnya, Kota Kembang Bandung adalah alasan aku kembali berapi-api. Lembang lebih tepatnya.

"Hei!" Terdengar sorak Sorai dari kejauhan seperti memanggilku.
Dan benar, aku yg tengah bercengkrama dengan rekan kerjaku menoleh ke arah datangnya suara itu.
"Atun? Ngapain di Lembang?" Tanyaku.
"Loh? Oh iya, sudah kesana kemari ngobrol tapi belum bilang kalau aku tinggal di Bandung ya."
"Hah? Maksudnya tinggal di Bandung?" Konfirmasi ku.
"Iya Al. Aku orang Lembang, Bandung. Di Jakarta, aku hanya mampir."
"Oh, sini join!"

Kali ini bukan alun-alun yang menjadi latar. Melainkan warung kopi pinggir gedung Asia-Afrika yang menjadi latar jumpaku dengan Atun. Lalu, setelah berkenalan dengan rekan kerjaku, kami bercengkrama. Renyah. Santai, dan hidup. Hingga di ujung bahasan, Aldo, rekan kerjaku pamit kembali ke hotel untuk istirahat. Wajar saja, tiga hari lalu Aldo baru selesai bertugas di Bintan dan kembali ke Jakarta. Sayangnya, karena sedang padat, ia juga dikirim untuk tugas ke Bandung bersamaku.

"Sudah selesai kerjaanmu Al?"
"Belum, ada sedikit problem sih sama klien. Jadi ditunda dulu untuk action nya. Mungkin lusa baru jalan lagi kalau Deal."
"Em, berarti hari ini luang donk?"
"Iya sih, ada apa Tun?"
"Temenin jalan, mau? Aku tunjukin ke kamu tempat yang pas buat beresin stres di Lembang."
"Oke,"


Thursday, December 20, 2018

Fintech, Adaptasi Perkembangan IT atau Kemunduran Ekonomi?

 

Sebuah Narasi, Fauzy Genzo

Fintech agaknya menjadi istilah yang semakin meledak di era milenial ini. Kata yang merupakan akronem dari Financial dan Technology tersebut umum digunakan untuk menyebut aplikasi keuangan khususnya aplikasi untuk pengajuan pinjaman. Baik di Indonesia maupun di Luar Negeri perusahaan di bidang ini terus menjamur.

Perusahaan start up berlomba menciptakan berbagai fasilitas dalam genggaman mengingat penggunaan ponsel pintar terus mengalami kenaikan seperti tertulis di laman kominfo.go.id. Iming-iming kemudahan dalam bertransaksi terutama pengajuan pinjaman menjadikan teknologi keuangan ini dapat berkembang dengan pesat. “Lalu, di mana masalahnya?”

Terkait dengan perdagangan data, biarkan pihak lain yang mengulasnya. Bisnis data memang selalu menarik untuk dilirik. Sayangnya, di sini saya mengajak pembaca sedikit memainkan logika pada perekonomian. Narasi ini berisi sejumlah dugaan dan membiarkan pembaca yang mungkin ‘lebih tahu’ untuk berkomentar di bilah yang tersedia.

Sebenarnya, munculnya metode pembayaran dengan uang elektronik (e-money) memang memudahkan kita dalam bertransaksi. Tanpa perlu mengeluarkan dompet dan uang fisik, atau juga mencari receh untuk kembalian, kita dapat nyaman bertransaksi. Jika ini dilakukan dengan metode transfer antar bank (e-banking) jelas ketika satu rekening bertambah, rekening lainnya akan berkurang.

Setuju?

Lalu bagaimana dengan aplikasi keuangan pihak ketiga? Tidak etis rasanya menyebut merek di sini. Istilahkan saja DO-PAY atau DRAB-PAY dan PAY-PAY lainnya. Misalkan, kita transfer dari rekening Bank A ke akun virtual kita di PAY tersebut, umumnya jumlah yang masuk/keluar itu sama. Rekening Bank A saya berkurang Rp10k, dan rekening virtual saya bertambah Rp10k. jika membayar antar rekening virtual, misal saya beli melalui aplikasi dan membayar dengan PAY tersebut Rp10k, pasti mutasi dalam rekening saya dan rekening lawan transaksi akan berkurang dan bertambah sebesar Rp10k.

Clear?

Lalu, bagaimana dengan perlakuan voucher? Saya sering mendapatkan voucher dalam akun virtual pay saya. Kadang, bisa sampai Rp40k. Kalau saya gunakan jasa kirim dan bayar menggunakan voucher tersebut, apakah kurir juga mendapatkan tambahan Rp40k di rekening virtualnya? Padahal, kalau cash bisa dapat Rp40k berbentuk uang fisik.

“Ya mas, kalau vouchernya 10k, dia pakai jasa saya 11k, yang 10k nanti masuk rekening virtual syaa dan bisa dicairkan di bank.” Kata salah satu agen jasa yang juga teman saya itu.

Adil kan? Tidak ada pertanyaan lagi? Jawabannya, BANYAK!

Lalu, uang siapa yang digunakan untuk mengganti voucher tersebut? Perusahaan penedia PAY? Kalau voucher hanya senilai 40k sih gampang. Lah kalau usernya 1juta, masing-masing menggunakan voucher 4k sudah 4juta sehari lho. Kalau sebulan, sudah 120juta. Tenang, tidak se-ekstrim itu. Kita pakai saja yang 4juta uang perusahaan terpakai untuk mengganti voucher. Ya setidaknya perusahaan harus membayar biaya iklan sebesar itu untuk waktu satu hari.

Empat Juta sehari, dan anggap saja sepuluh hari sebulan berarti 120 hari setahun dikali 4 juta.

Saya yakin manajemen perusahaan pasti memiliki metode income generating yang baik sehingga kecil kemungkinan untuk merugi.

Saturday, August 25, 2018

Teori Dalam Akuntansi

1. Teori Signal (Signaling Theory)
            Menurut Hapyani P, N, yang dikutip dari Ros, dalam membangun signaling teori berdasarkan adanyaassimetric information antara well-informed maneger dan poo-informed stockholder. Teori ini berdasarkan pemikiran bahwa menejer akan mengumumkan kepada investor ketika mendapatkan informasi yang baik, bertujuan menaikan nilai perusahaan, namun investor tidak akan mempercayai tersebut, karena menejer merupakaninterest parti. Solusinya perusahaan bernilai tinggi akan berusaha melakukan signaling pada financial policy mereka yang memakan biaya besar sehingga tidak akan ditiru oleh perusahaan yang memiliki nilai lebih rendah. Hal ini akan menciptakan separating equilibrium yaitu dimana perusahaan yang memiliki nilai perusahan yang lebih tinggi akan menggunakan lebih banyak hutang dan perusahaan yang memiliki nilai yang lebih rendah akan lebih banyak menggunakanequity.
            Kelebihan teori ini adalah kemampuan menjelaskan mengapa terjadi peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap peningkatanfinancial leverage. Kelemahan dari model ini adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan hubungan kebalikan antara profitabilitas dan laveragge. Kelemahan lain adalah tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan dan nilai intangibleasset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang dari pada perusahaan yang mature (tangible asset tinngi) yang tidak menggunakan hutang, akan tetapi didalam teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan informasi.
2. Teori Akuntansi Normatif
Teori normative berusaha untuk membenarkan tentang apa saja yang harus dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya di dasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut nelson (1973) teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hasil hipotesis tersebut.
Perumusan akuntansi normative mencapai keemasan pada tahun 1950 dan 1960an. pada periode tersebut teori normative lebih berkosentrasi pada :Penciptaan laba sesungguhnya.dan pengambilan keputusa
3. Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena akuntansi yang diamati didalam masyarakat. dengan kata lain positif accounting theory (PAT) dimaksudkan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak atau hubungan keagenan antara manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan institusi pemerintah.
Teori positif didasarkan pada premis bahwa individu selalu bertindak atas dasar motivasi pribadi (Self seeking motives) dan berusaha memaksimumkan keuntungan pribadi. Pada saat sekarang teori positif menekankan pada penjelasan alasan-alasan terhadap praktek yang berjalan dan prediksi terhadap peranan akuntansi dan informasi terkait dalam kepuasan-kepuasan ekonomi individu, perusahaan, dan pihak lain yang berperan dalam pasar modal dan ekonomi.
Hubungan Teori Akuntansi Positif dan Normatif
            Dalam penjelasan mengenai akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari adanya teori ekonomi normatif. Teori berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik-praktik akuntansi yang ada dimasyarakat what it is ( Watts dan Zimmerman).
Dapat disimpulkan bahwa hubungan teori akuntansi normative dan teori akuntansi positif yaitu teori akuntansi positif pada dasarnya merupakan alat untuk menguji secara empirik asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normative. Karena pada dasarnya teori normatiof merupakan pendapat pribadi yang subyektif yang tidak dapat diterima begitu saja dalam menentukan keputusan.
4. Teori keagenan (Agency theory)
Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer.
Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan.
Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal.
Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance. Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah; transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), keadilan (fairness), dan responsibilitas (responsibility). Corporate governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan agent yang pada akhirnya diharapkan dapat meminimalkan tindakan manajemen laba.
5. Teori  Kontrak
Karakteristik teori kontrak perusahaan sebagai hubungan hukum (koneksi) dari hubungan kontrak antara pemasok dan konsumen dari faktor produksi. Perusahaan itu ada karena kurangnya biaya individu untuk bertransaksi (atau kontrak) melalui organisasi pusat dari pada melakukannya secara individual (godfrey:2010,hal 361). Dengan adanya perspektif penghubung kontrak terhadap perusahaan teori biaya kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat dan penegak atas kontrak – kontrak ini untuk menurunkan biaya agensi dari konflik kepentingan tertentu. Suatu konflik yang mungkin muncul adalah konflik kepentingan antara pemegang obligasi dan pemegang saham dari perusahaan terhadap utang yang ada. Jadi teori biaya kontrak berasumsi bahwa metode akuntansi dipilih sebagai bagian dari pemaksimalan kesejahteraan. Biaya kontrak mencakup biaya transaksi, biaya agensi, biaya informasi, biaya negosiasi ulang, dan biaya kepailitan (Belkaoui,2004:hal 188-189).
6. Teori Sintaksis
Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu.
Interpretasi teori akuntansi atas dasar sintaksis dapat digambarkan sebagai berikut: input semantik dalam sistem tersebut adalah transaksi dan pertukaran yang dicatat dalam jurnal dan buku besar perusahaan. Tranaksi tersebut kemudian dimanipulasi (dibagi dan dijumlah) atas dasar alasan dan asumsi-asumsi akuntansi kos historis. Contohnya akuntan menganggap bahwa inflasi tidak perlu dicatat dan nilai pasar (nilai wajar) aset dan utang dihiraukan. Akuntan kemudian menggunakan konsep pembukuan berpasangan (double entry) dan prinsip-prinsip akuntansi kos historis untuk menghitung laba dan rugi serta neraca saldo. Dalil atau prinsip individu diverifikasi setiap saat laporan keuangan diaudit, dengan cara mengecek kebenaran perhitungan dan manipulasi. Dengan cara ini, akuntansi kos historis telah dipraktekkan sejak dahulu sampai sekarang
7. Teori Interpretasional (semantis)
Teori ini berkonsentrasi pada hubungan antara gejala (obyek atau kejadian) dan istilah atau simbol yang menunjukkannya. Teori-teori yang berhubungan dengan interpretasi (semantik) diperlukan untuk memberikan pengertian dalil-dalil akuntansi yang bertujuan meyakinkan bahwa penafsiran konsep oleh para akuntan sama dengan penafsiran para pemakai laporan akuntansi.
Teori interpretasi memberikan interpretasi yang berguna terhadap konsep buatan dan menilai prosedur akuntansi alternatif berdasarkan interpretasi. Contoh penerapan teori interpretif adalah sebagai berikut: pengukuran nilai persediaan pada saat ini, langkah pertama adalah menunjukkan sub konsep untuk menerapkan aturan interpretasi khusus. Jika harga beli berlaku yang dipilih maka current value dapat didefinisikan sebagai harga tukar untuk suatu barang di pasar pembelian pada tanggal neraca. Jika harga pasar tidak ada dapat dianggap, harga pasar tidak layak pakai, maka alternatifnya adalah menilai prosedur akuntansi lain yang tersedia dalam kondisi interpretasi ini.
Pembuktian teori ini dapat diperoleh dari riset yang dilakukan untuk menentukan apakah pemakai informasi akuntansi memahami makna yang dimaksudkan oleh pembuat informasi, apakah telah konsisten dengan teori yang ada.
8. Teori Perilaku (pragmatik)
Teori ini menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap perilaku atau keputusan. Penekanan dalam perkembangan teori akuntansi adalah penerimaan orientasi komunikasi dan pengambilan keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau kelompok sebagai akibat penyajian informasi akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan balik terhadap tindakan para akuntan dan auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis, dan sosiologis dari prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannya.

Dikutip dari:
http://juhartin.hol.es/sia/teori-teori-akuntansi/

Tertarik dengan layanan kami?
Dapatkan selalu informasi terbaru !