Sunday, March 17, 2019

Politik, Memperbaiki Dengan Tangan Kotor, dan Memilih Dengan Sok Suci

 

Jumpa lagi dengan tahun politik. Dua ribu sembilan belas sebagai tahun ke sekian Indonesia berada pada periode politik. Memilih, dipilih, dan stres. Tiga hal identik dengan orang-orang yang terkait pada kata politik.

Memilih, bagi puluhan juta rakyat Indonesia. Diberi kebebasan menentukan pilihannya, untuk satu pemimpin selama satu periode ke depan. Bebas. Kalau kebanyakan orang memilih yag itu, ya yang itu yang jadi pemimpin. Perkara dalam perjalanan ada permasalahan, bisa demo, lalu lengserkan.

Dipilih, bagi mereka yang mencalonkan diri sebagai pemimpin masa depan. Harta, jiwa, dedikasi, pekerjaan sebelumnya, keluarga, dan segalanya dikorbankan dengan harapan dapat dipilih oleh mayoritas masyarakat lalu menjadi pemimpin satu periode ke depan.

Stres, bagi mereka yang gagal menjadi pemimpin dan bermental lemah untuk menerima kenyataan. Tapi wajar. Bagaimana tidak stres, wong semua sudah dikorbankan? Bisa saja, puluhan, atau ratusan kamar di rumah sakit jiwa berisi ex calon pemimpin. Orang yang waras, bisa saja berpikir, "Untung dia tidak jadi, bisa saja kita dipimpin orang stres." Ada juga yang prihatin.

Tapi, poinnya bukan di situ. Melainkan pada seberapa bersih tangan para calon pemimpin itu. Karena, negara yang mau dipimpin perlu ia perbaiki, dengan di-'sentuh'-nya. Kalau tangan kotor memperbaiki mahkota, silakan terjemahkan hasilnya.

Dari berbagai hal menyebalkan, orang-orang berkata tentang observasi. Untuk memperbaiki 'sesuatu' dengan tepat, Anda harus observasi terlebih dahulu. Dan orang dengan 'tangan kotor' itulah yang telah benar-benar mengobservasi. Mereka memberanikan dirinya masuk ke dalam sistem kotor, yang juga mengotori dirinya. 'Bukan orang yang sok suci dan berkomentar di luar sana, ini salah, seharusnya begini, dan begitu.'

Pada tahun politik ini pula, rakyat banyak yang berganti profesi. Dari yang pengusaha besar menjadi politisi, hingga pengangguran yang menjadi kritikus calon legislatif. Luar biasa efek tahun politik. Efektif mengurangi pengangguran di masyarakat.

Yang menyedihkan, kalau ada orang tak tahu apa-apa seperti saya, turut memberikan framing agar orang-orang memilih pilihan saya. Seolah saya paling tau atas pemimpin paling benar. Kemudian, lawan saya juga mengungkapkan minusnya pilihan saya. Ternyata, seimbang. Jelas, ini hanya akan memberikan kegolputan Nasional. Sebaiknya, hentikan itu. Ungkap saja fakta yang ada, Ndak usah memframing. Biarkan nurani yang memilih, lalu kawal hingga akhir.

Karena, Anda tidak akan pernah bisa memperbaiki 'sesuatu' tanpa menyentuhnya.

No comments:
Write comments

Tertarik dengan layanan kami?
Dapatkan selalu informasi terbaru !