Jantung kini
kembali berdetak lagi. Setelah sekian lama mungkin ia lupa akan detakannya,
kini kembali berdetak dengan kencangnya. Bahkan dinginnya malam tak mampu
meredamnya. Hasilnya, aku terjaga diujung malam yang memelukku tanpa ada
sedikitpun senyuman dari siapapun. Entah kenapa, aku tiada mengerti, sebuah
kerinduan kini datang kembali. Rindu yang sudah bukan pada tempatnya lagi dan
bukan pada orang yang tepat. Mungkin sisa rasa yang dulu kumiliki masih
membekas, sisa rasa yang kuyakin perlahan akan tiada.
Takdir kini
membawaku pada kesendirian. Dan bintang kembali kutatap saat aku terjaga. Terduduk,
termenung, dan kembali menatap sang cahaya malam. Di depan pintu kamarku kini
aku terjaga. Sendirian, hanya dibelai oleh
angin malam.
Dan entah
kenapa, kini aku teringat sebuah nama. Dia lah yang biasa menemaniku di saat
seperti ini ketika aku kembali tak tau akan arah harus melaju. Dia lah yang
mengingatkanku tentang cita-cita kecilku yang selama ini masih menjadi niatan
saja. Tia, seorang teman yang tentu kalian sudah berulang kali melihatnya dalam
perjalanan hidupku. Sebuah waktu kembali menjadi sksi ketika kami memiliki
diskusi kecil saat aku pernah termenung di tengah malam dalam kesepian.
“Hey, sejak
kapan motivator temannya mulai mengalami kegalauan tiada berbatas?” tanyanya
kepadaku yang kala itu memang tengah berada dalam keadaan tidak karuan.
“Mungkin,
sejak danau bisa memantulkan cahaya bulan (saat danau mulai sepi ditinggal
hangatnya sinar mentari bersama keramaian orang dan berganti dengan kesunyian).”
“Sejak saat di
mana warna hijau berubah menjadi kelabu dan gelap pada permukaannya.” Lanjutku.
“Mungkin,
sedang ada masalah dalam otakmu. Itu saja kalau menurutku. Bagiku, kamu adalah
cahaya di balik senyuman mereka, Ga. Mereka bisa tertawa seolah tanpa masalah
saat kamu ada di sekitarnya.” Lirih usik Tia di telingaku yang seolah mulai
menuli akan nasehat saat aku kembali termenung.
“Ah, diamlah! Kini
aku sedang dalam keraguan akan jalan hidupku. Bahkan mungkin sampai kapanpun
kau takkan bisa mengertinya. Terombang ambing di tengah kehidupan dunia yang
tiada kepastian akan sebuah hal yang aku impikan. Perlahan justru aku harus
menerima kepahitan dalam hidupku yang tidak seharusnya pernah terjadi.”
“Yaaaa....
baiklah, aku tidak akan mengganggumu. Mungkin ini yang bisa menghiburmu di
malam yang tak jelas ini.” Sembari menyodorkan susu hangat yang dibawanya dari
dapur lengkap dengan singkong goreng dengan aroma dan rasa yang khas.
Dan, memang
benar. Aku ketika mengalami masalah sejak kecil selalu dapat terselesaikan
dengan pikiran yang dingin saat aku bertemu dengan singkong. Dulu, saat kecil
nenekkulah yang sering membawakannya. Mungkin kelak kalian perlu mencoba singkong
hangat di tengah dinginnya malam untuk menghilangkan stres.
Jika kalian
berpikir kegalauan ini tentang cinta, kukatakan kalian memang benar. Ada kisah
di masa yang lalu tidak bisa kulupa begitu saja. Entah, mungkin terlalu banyak
kenangan dalam perjalanannya atau aku yang lupa berpasrah kepada sang pencipta
kehidupan dunia.
Saat itu juga
Tia berkata kepadaku, “Untuk apa kau merenungi dan menyesalinya? Bukankah itu
sudah terlewat dan tiada bisa kau ubah lagi? Biarlah Ga. Lepaskan ia bercengkrama
dengan tenang bersama pilihannya. Mungkin Tuhan telah menyediakan seorang yang
jauh lebih baik untukmu. Bukan lagi seorang yang menutupi hal penting seperti
dirinya.”
“Kau jelas
lebih tau dirinya daripada aku, tapi yakinlah bahwa Tuhan lebih tahu lagi
tentang dia dan kelak akan membuatmu seperti apa jika bersama dengannya di
waktu mendatang.” Lanjut sahabatku yang sedikit bawel tapi memang terasa benar
juga dia kata.
“Sekarang terserah
kau saja mau bagaimana. Toh kelak kau juga yang akan berkata bahwa semua itu
benar. Tuhan tidak akan menghukummu Ga. Dia hanya ingin kau jadi lebih dari
yang dahulu. Jadi seorang yang bisa selalu menebar tawa seperti dulu. Ingat kan
ketika dulu kita selalu pergi bersama? Ayo lakukan itu lagi. Kita bersama bisa
menebar tawa.”
Ini bukan
tentang bagaimana kita melupakan seseorang. Sebenarnya itu yang ingin
kukatakan. Ini adalah tentang berjuang dalam menjalani hidup kita yang
terkadang berat kita rasakan apa lagi saat kita berpikir sudah tidak berarti lagi
hidup kita saat orang yang kita sayangi menjauh dari kita. Padahal, dengan itu
kita justru bisa lebih berkarya. Dengan adanya orang yang menjauh itu, kreasi
dalam hidup kita tentu bisa lebih baik. Jauh lebih baik karena ketika kita mau
melangkah atau bahkan berlari beban yang kita pikul untuk rindu posisi nyaman
telah berkurang.
“Dan jangan
pernah sekalipun kamu lupa kawan, dunia ini begitu luas. Ilmu yang ada di
dalamnya juga tidak pernah akan habis untuk kau kuasai. Sekarang, tertawalah. Ingatlah
masa bodohmu saat kamu berhasil dibohongi oleh cinta yang kini meninggalkanmu. Ingatlah
betapa bodoh dan gilanya dirimu saat itu. Dan percayalah, kelak orang yang
membohongimu dalam hal cinta itu sedikit atau banyak pasti akan menyesal pernah
menipumu.” Justru kalimat inilah yang dikatakan Tia kepadaku. Seolah-olah dia
ingin mendoakan orang yang pernah membodohiku merasa sedikit menyesal.
Cobalah kawan.
Mari bersama-sama kita lakukan tawa terhadap masa lalu yang gila itu. Kini sudah
saatnya kita berpikir bagaimana langkah ke depan kita. Mungkin orang dari masa
lalu itu sudah tidak pernah berpikir lagi tentang kita. Sudah, jangan memaksa
hati untuk merasa jika dia masih memikirkan kita. Dia sudah sibuk memikirkan
hidupnya sendiri.
Cobalah seperti
wonderman! Atau wonderwoman jika kamu cewek. Sekarang waktunya kita menjadi
kuat sepertinya dan nampak seksi (terlihat mempesona di mata orang lain). Itulah
yang kini hadir dalam ingatanku gaes. Aku sudah pernah menjadi seorang
pecundang dengan cinta semu yang penuh dengan hal tersembunyi. “Sekarang waktunya
kau tunjukkan cinta kepada Tuhanmu. Bukankah kamu diciptakan di muka bumi ini
sebagai khalifah yang harus memelihara bumi ini? Kamu tidak diciptakan untuk
semata-mata berfoya-foya penuh kegilaan. Tapi coba jagalah bumi ini untuk anak
cucumu kelak.” Begitulah kira-kira ucapan Tia yang membakar rasa terombang
ambingku.
Dan sampai
saat ini kalimat itu akan selalu kusimpan rapi. Pesan dari seorang sahabat yang
mungkin kini tengah sibuk memikirkan kehidupannya. Setidaknya ada banyak hal
yang bisa kupelajari dan kukenang atas semua kalimat-kalimatnya. Bahkan,
mimpinya pun masih mencoba kuwujudkan. Mimpi itu adalah bisa melihatku di
puncak kejayaan.
No comments:
Write comments