Pemuja Langit Malam
Langit malam kini menyelimuti lagi,
setelah kemarin aku merasakan hebatnya menjadi pahlawan yang hampir saja
menjadi idola seluruh wanita, kini akhirnya aku harus kembali sebagai Rega yang
tak mampu bertahan walau hanya dari terpaan agin kenangan masa lalu.
“Hffftttthhhh....” kembali kuhembuskan
nada pelan damai dari dua lubang karunia-Nya yang tak pernah kudapatkan dari
siapapun selain Dia.
Masih sama, di tempat yang sama dan tak
mungkin tergantikan oleh yang lainnya pula. Aku, dan bersama dia, Tia. Sang
sahabat karib nan cantik jelita yang nampak selalu lebih manis ketika di malam
hari dengan kaca mata mungilnya.